Senin, 04 Mei 2015


Laki-laki yang agamanya bagus itu, nggak harus ustadz kok, nggak harus yang sholehnya keterlaluan banget.


Tapi dia yang kamu percaya untuk jadi imam kamu,
Dia yang kamu yakin bisa membimbing kamu, 
Hati kamu ikhlas untuk berbakti kepadanya, 
Hati kamu tentram untuk menaatinya.

Nazrul Anwar dalam buku ‘GENAP’

Maukah Kamu Mewujudkannya?

Aku senang bepergian ke suatu tempat, terutama yang bernuansa alam..


Banyak sekali tempat yang ingin kukunjungi.. 

Tapi apa daya, aku seorang perempuan, tak bisa pergi jauh-jauh tanpa mahram.


Perjalanan terjauhku hanya ke Jogjakarta, itupun bersama-sama teman2 se-Jurusan 

dibimbing oleh Dosen.


Jika tanpa dosen, orangtua tak akan mengizinkan :')


Aku tau, cinta orangtuaku begitu dalam, hingga aku sering tidak diizinkan kemana-mana 

jika tidak terlalu penting.


Impian untuk menjelajah bumi-Nya yang luas tak pernah redup dalam hati.
Maka, akan selalu kusimpan mimpi2 itu dalam hati yang terdalam.
Kuyakin, kelak aku bisa menjelajah bumi-Nya atas izin-Nya..
Mungkin jika denganmu, aku akan lebih mudah untuk mewujudkannya :)
Maukah kamu bersama mewujudkannya?

Sabtu, 04 April 2015

A Long Journey


TULISAN : ANAK MAMAH



Dulu, sewaktu aku masih duduk di bangku SMP, seriiiing banget orang-orang bilang aku anak mamah. Alasannya, karena kalau mau kemana-mana harus izin mamah dulu, bilang mamah dulu, pulang jam berapa, kerumah siapa, sama siapa? Dan sederet persyaratan lainnya. Awalnya agak ga suka sih dibilang anak mamah, karena terkesan aku ini anak manja. Padahal mah, gak ngerasa manja-manja sama mamah. Sekarang, ketika sudah “agak” dewasa, kenapa “agak” dewasa? Karena sampai saat ini pun mamah masih seperti itu sama aku, bahkan sama kakak-kakakku yang sudah menikah.
Semakin tumbuh dan berkembang, aku mulai mengerti kenapa mamah bersikap seperti itu. Karena mamah sayang dan sangaaat perhatian sama anak-anaknya. Wajarlah ya, semua orang tua pasti punya cara masing-masing untuk menunjukkan rasa sayang mereka. Apalagi, aku dan kesebelas kakakku adalah perempuan. Aku baru tahu juga, ketika sudah “agak” dewasa bahwa anak perempuan harus benar-benar dijaga, bukan berarti anak lelaki ga usah dijaga, bukan. Tapiii penjagaan terhadap perempuan harus lebih lebih protektif karena perempuan harus terjaga kehormatan dan kesuciannya J
Sekarang aku mengerti, ketika aku sudah “agak” dewasa. Bahwa kita, adalah memang anak mamah, bukan anak mamah yang orang-orang bilang (baca: manja). Tapi, memang anak mamah yang sesungguhnya. Yang masih merengek-rengek ke mamah, ada masalah curhat ke mamah, perlu ini perlu itu, yang dicari mamah.
Memang ketika kita berada di dekat mamah, bawaannya pengen manja-manjaan, pengen ini pengen itu dibuatin sama mamah, padahal udah gede. Jadi, wajar aja ketika anak-anak kecil bermanja-manja ketika ada mamahnya. Bersikap manis ketika mamah atau papahnya ada urusan diluar rumah. Tapi kalo mamah sama papahnya kembali, mereka bermanja-manjaan lagi atau gangguin mamah papahnya.
jadi, tak perlu malu kalo dibilang anak mamah. Karena memang sampai kapanpun, sampai ketika kita sudah menikahpun, kita adalah anak mamah JJ

1 April 2015
Nenden Munawaroh

Senin, 23 Maret 2015

Tulisan : Ada Seseorang


Ada orang yang tidak kamu sadari perasaannya sedang memerhatikanmu sedemikian rupa, dari jauh. Tidak pernah menyebut namamu, bahkan ia malu mengucapkan namamu karena ia merasa tidak pernah mampu menyamai derajatmu.

Tapi ia keliru, ia lupa bahwa Tuhannya membaca hatinya. Dia mampu mendengar hati, sekalipun namamu tidak pernah diucapkannya. Orang itu kini sedang berusaha mengenalmu meski tidak ada tanya-jawab. Ia sedang berusaha memahamimu meski tidak ada aksi curhat. Ia berusaha mengenali lingkunganmu, cara berpikirmu, temanmu, keluargamu, dengan cara-cara yang mungkin tidak pernah kamu tahu. Cara-cara yang tidak hanya menjagamu tapi juga menghormatimu, karena tidak ada orang yang tahu bila itu sedang terjadi. Dan kamu tetap tidak menyadari.

Hingga suatu hari ia datang mengetuk pintu hatimu dengan kata-katanya. Mengetuknya dengan salam, salam yang penuh penghormatan sekaligus keberanian. Di dalam keberanian itu pula ada kesiapan untuk menerima segala jenis keputusan. Keberanian itu tidak hanya soal mengungkapkan, tapi juga soal menerima segala bentuk kemungkinan.

Ia mengejutkamu. Ia juga membuatmu merasa semua itu terasa khayal. Ia membuatmu merasa bahwa ini bukan waktunya. Tapi, inilah waktu yang ditetapkan-Nya. Bahwa tepat atau tidaknya bukanlah dalam kadar kita yang menentukan.

Entah hari ini atau esok. Kamu akan menyadari bahwa kedatangannya benar-benar ujian. Ujian yang akan menjadi sebuah tanda akan keimanan dan ketaqwaanmu. Seberapa jauh kamu percaya bahwa hidupmu berada di bawah sebuah rencana besar Sang Pencipta. Mungkin ia bukan orang baik, mungkin pula orang baik. Mungkin ia sedang memperbaiki diri, mungkin pula sedang tersesat. Kita berharap yang terbaik tapi sering lupa bahwa yang terbaik itu kadang adalah yang diperbaiki, bersedia diperbaiki.

Esok atau lusa, kamu akan tahu bahwa untuk menerima itu membutuhkan hati yang lebih lapang dan pikiran yang lebih jernih. Bahwa manusia tidak pernah ada yang sempurna, bahwa manusia tidak ada yang bersih dari dosa. Tapi kita diajarkan untuk mengenali mana orang-orang yang sedang bergerak menuju-Nya dan mana yang menjauhi-Nya. Karena Dia akan mempertemukan orang-orang yang sedang dalam tujuan yang sama.
Bandung, 21 Maret 2015 | (c)kurniawangunadi 

http://kurniawangunadi.tumblr.com

SKRIPSI OH SKRIPSI (PART 2)


Masih saja bayangan skripsi memenuhi pikiranku. Belum lagi, seminar proposal di depan mata. Kalau dipikir-pikir, kenapa harus takut sih menghadapi skripsi? 
Padahal ya, saat ini bukan kita aja yang lagi diuji, anak-anak SD, SMP, SMA, D1, D2, D3 atau S2 juga S3  lagi menghadapi ujian yang sama. Ujian yang harus dilewati untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Hanya saja, level kita yang berbeda-beda.
Jadi jadi jadi, kenapa musti takut ngadepin skripsi? Toh, kalo memang sudah masanya, semua pasti akan merasakan, dan melewatinya bukan?
Coba deh dipikir lagi, kakak-kakak kelas yang tahun kemarin wisuda  itu emangnya ga nyusun skripsi, sidang dll? Mereka juga sama pernah ada di situasi dan kondisi yang sekarang lagi kita alami! perbedaannya ada yang berjalan lebih cepat, ada yang sedang-sedang aja, ada juga yang sedikit tertinggal.
Kalau mau tepat waktu, harus rajin, banyak baca, banyak nanya, rajin ke perpus, dan paling penting harus berani. Berani ngadepin dospem, berani ngadepin orang-orang yang karakternya beda2, berani ngadepin temen-temen yang mungkin jadi berubah ketika masa-masa nyusun skripsi, berani ngadepin segala kemungkinan yang bakal terjadi nanti.
Pokoe bayangin aja skripsi itu kaya UN deh, insyaAllah yakin, usaha dan doa smoga Allah mudahkan tahun terakhir kuliah kita di S1 ini.. Aamiin..
********
Satu waktu, aku bertanya pada salah seorang kakak kelas yang sudah wisuda tahun lalu, sekaligus sudah aku anggap mentor bahasa Inggrisku hehehe
“Kak, apa tipsnya ngadepin skripsi?”
“Kalo kakak Cuma modal ini : Allah dulu, Allah lagi, Allah terus...”
Aku mencerna baik-baik ucapannya. Sungguh luar biasa tips yang diberikan si kakak ini. Dan aku bertanya pada diri, bisakah aku mempraktikannya?
Sesungguhnya, memang apa-apa yang kita hadapi adalah kehendak Allah, maka, kepada siapa lagi kita memohon pertolongan selain kepada-Nya?
Jadi, selain rajin, banyak baca, rajin ke perpus, dan tips-tips lain yang orang-orang katakan, yang terpenting adalah mendekati ALLAH. Karena sekali lagi, semua kehendak ada pada Allah..

Minggu, 15 Februari 2015
12.40


Jumat, 13 Maret 2015

SKRIPSI OH SKRIPSI...




Memasuki semester akhir, hal yang paling sensitif dibincangkan adalah skripsi.
“Lo udah punya judul belom?”
“belom euy.. bingung gue.. Kata kakak kelas jangan sembarangan, soalnya kita nanti ditanya pas ngajuin judul.”
“Lo tentang apa?”
“Bingung gue, mau linguistik, apa pengajaran, apa dong yaaa.. arrrrgghh!!”
“Mau tentang strategi pengajaran, nanti dapet dospemnya yang itu.. ga mau ah gue..”
“Mau tentang linguistik, gue ga sukaaaa!”
“apaan sih skripsi? Makhluk apa dia?”

Yaa begitulah beberapa ungkapan para mahasiswa tingkat akhir (termasuk aku). Apalagi ketika detik-detik pengajuan judul sudah di depan mata deg-degannya lebih lebih wow dibandingkan ketika mencari judul.
Mungkin ada teman yang ikut berbahagia ketika judul kita di acc, atau ada juga yang termotivasi, tapi tidak bisa disangkal juga, ada yang tidak suka, atau ada juga yang sedih, karena belum punya satu pun judul.
My dear friends... sekali lagi, kukatakan. Ini hal sensitif sekali. Karena penentu selesai tidaknya kuliah kita di tahun yang sama bersama teman-teman seangkatan. Tentu saja kita semua ingin bersama-sama menyelesaikan studi S1 ini. Maka dari itu, yuk sama-sama berdoa, berusaha, bertanya, dan sharing dengan teman-teman atau siapapun yang lebih paham tentang ini.
Hilangkan pikiran-pikiran negatif yang ada. Karena bisa menghambat kita untuk berpikir positif, bahkan untuk mencari judul.
Tetap berusaha, tetap bersemangat, rajin browsing, rajin ke perpus.. dan satu hal lagi, bentuk kelompok sejak jauh-jauh hari untuk saling mengingatkan dan menyemangati. Seperti yang dicanangkan oleh teman-teman kelasku. Program ini dibentuk sekitar bulan desember akhir/ januari awal, aku lupa tepatnya. Program sukses bersama ini diberi nama “Let’s Graduate Together (LGT)” hal ini hanya inisiatif kami agar bisa saling menyemangati dan membantu ketika ada teman-teman yang down atau ada yang kesulitan. Khususnya lingkup teman-teman kelas. Harapannya bisa menyemangati kelas lain juga, yang pasti harapannya satu angkatan graduate together.
Dari hari ke hari kita terus mencari bahan untuk judul, setiap seminggu sekali kumpul untuk sharing judul yang sudah ditemukan. Dan alhamdulillaah, program seminggu sekali ini berjalan lancar, meski tidak semua bisa hadir, karena memang bulan januari-februari bertepatan dengan program magang (praktek ngajar di sekolah), sehingga banyak teman-teman yang bentrok jadwalnya. Memang ini agak menghambat pertemuan kami. Sedangkan harapan kami, ketika waktunya mengajukan judul, kita semua hadir dan siap dengan judul masing-masing.
Meski begitu, pada hari ini ketika pengajuan judul, teman-teman kelas ada yang tidak hadir.. 
Sediih... karena mungkin ada hambatan yang harus beberapa teman hadapi.. sehingga tidak bisa mengajukan hari ini.
Semoga Allah selalu mempermudah langkah kita, usaha kita, mendengar setiap doa kita sehingga keinginan kita untuk lulus bersama tahun ini dapat tercapai. Aamiin...






    Sumber gambar : https://twitter.com/deealchazin 


ditulis pada hari Sabtu, 21 Februari 2015

Sabtu, 14 Februari 2015

Nasihat Bapak

Bagaimana Allah mau mengabulkan doa-doa kita, jika hati kita saja kotor, jika hati kita saja masih banyak penyakit?
Perlahan, mulai bersihkan hati kita.. agar segala keinginan kita didengar oleh-Nya..

#NasihatBapak #Doa #Reminder

12 Februari 2015

Bagaimana Jika Aku?

Jumat, 13 Februari 2015

Pagi yang mendung, aku sudah tiba di sekolah tempatku magang. Hari ini aku tidak ada jadwal mengajar, tetapi hanya bertugas menjadi guru piket. Ini adalah kali kedua aku bertugas menjadi guru piket.
Seperti biasa, aku dan dua temanku menyiapkan dokumen-dokumen untuk mencatat anak-anak yang terlambat. Seperti minggu sebelumnya, begitu banyak anak-anak yang terlambat datang. Hm, aku pun membayangkan bagaimana mereka bisa terlambat, aku tahu dimana-mana sekarang selalu macet, meski sudah berangkat lebih pagi pun tetap saja.. 
Oke, setelah mengurus mereka semua, dan meminta mereka semua pergi ke perpustakaan untuk mendapat peringatan/hukuman. 
Begitulah fenomena keterlambatan ini terjadi di setiap harinya.

Tapi, ada kejadian yang lebih menyedihkan, dibandingkan fenomena tadi.
Masih di meja piket (Tempat aku dan dua teman duduk menjadi guru piket), tiga orang siswa kelas 7 menghampiri guru yang sedang berbincang dengan kami, sehingga percakapan kami terputus. Aku sayup-sayup mendengar salah satu anak itu berkata..

"Ibu, aku mau izin satu minggu.. ini aku dapet sms bu, tapi aku takut bacanya.." Ucapnya pelan.. 

dan entah ia membuka sms itu atau tidak, tiba-tiba dia pingsan.
Aku menerka-nerka, kenapa dia begitu takut membuka sms itu.. Pikiran negatif pun muncul, apakah sms itu berisi tentang kabar duka?

Langsung saja, teman-teman membantu membawa anak itu ke ruang guru. 
aku yang masih sibuk menerka, kemudian tersadar, ketika salah satu guru menghampiri kami.

"Dia dapat kabar duka, ayahnya dikabarkan meninggal di Jogja. Kasian kalau di kasih tau lewat sms, anak sekecil itu pasti sedih sekali.." Ucap Guru sedih.

"Innalillaahi wa inna ilaihi roji'un..." Ucap kami berbarengan.

Astaghfirullah... sedih sekali melihatnya. Kadang aku yang suka takut mengalami hal seperti itu. Apa aku bisa tegar? Apa aku bisa kuat mendengar/membaca berita duka kehilangan seseorang yang kita cintai?

Akhirnya, beberapa jam kemudian, ia dijemput oleh kakaknya. Sekilas aku lihat wajah si anak, terlihat begitu tegar, meski sempat mengalami pingsan karena shock.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa fu'anhu..
Semoga Ayahmu tenang disana ya nak...


Bagaimana jika AKU?
Jika aku yang mengalaminya kelak, semoga Allah beri aku dan orang-orang yang kucintai bersabar dan ikhlas menerima segala ketentuan Allah..

Meski berkata tak semudah kenyataannya, aku hanya bisa berdoa.. 
sebelum saat itu tiba, semoga Aku bisa membahagiakan orang-orang yang kucintai sebelum kami berpisah untuk selamanya di dunia. 

Jadikan kami hamba-hambaMu yang berserah diri..
Allah... panjangkanlah usia kami dan selalu dalam kebaikan dan ridho-Mu...

Aamiiin...


Allahumaghfir lilmuslimiina wal muslimaat al ahya'i wal amwaat..

Bersyukur


Terkadang, aku sering menggerutu 
ketika mamah ngomel-ngomel dirumah,
Padahal seharusnya aku bersyukur
karena aku masih punya mamah yang peduli.

Terkadang, aku merasa lelah dan pegal 
sepulang dari sekolah atau kampus,
Padahal seharusnya aku bersyukur
sebab itu berarti aku masih diberi kemampuan untuk beraktivitas.

Terkadang aku ingin menolak perintah mamah
untuk membersihkan piring dan gelas kotor setelah menerima tamu dirumah,
Padahal seharusnya aku bersyukur
karena itu artinya Allah masih memberi nikmat silaturrahim.

Terkadang aku bercermin di kaca
dan sedih melihat pakaianku yang semakin hari terasa agak sempit,
Padahal seharusnya aku bersyukur
karena itu berarti bahwa aku makan dengan cukup baik.

Terkadang aku malas untuk mencuci dan menyetrika tumpukan baju,
ketika mbak yang biasa mengerjakan tidak datang
Padahal seharusnya aku bersyukur
sebab itu berarti aku memiliki kesempatan untuk belajar bertanggung jawab

Terkadang aku juga malas membersihkan halaman rumah
atau membersihkan jendela, rumah dan seisinya
Padahal seharusnya aku bersyukur
karena itu berarti aku memiliki tempat untuk berteduh yang nyaman.

Terkadang jenuh ketika harus kembali ke kampus
setiap hari dengan tugas-tugas yang menumpuk
Padahal seharusnya aku bersyukur
Karena aku diberi kesempatan untuk terus belajar dan menuntut ilmu.

Terkadang aku merasa risih dengan apa yang aku dengar, aku lihat, aku rasa
tak sesuai keinginanku
Padahal seharusnya aku bersyukur
Karena aku masih memiliki indera yang lengkap

Terkadang aku merasa menjadi orang paling lelah sedunia
ketika sudah melakukan ini itu
Padahal seharusnya aku bersyukur
Karena masih banyak yang lebih lelah demi mempertahankan hidup
Padahal seharusnya aku bersyukur
Karena meski lelah menghampiri, Aku masih bisa melihat senyum keluarga


Sungguh, banyak hal yang belum aku syukuri.. terkadang lebih banyak melihat kurangnya daripada cukupnya..

Terima kasih ya Allah..
bukakanlah hati dan pikiranku, agar mampu melihat setiap hikmah yang hadir dikehidupanku...

Jumat, 13 Februari 2015

Seburuk Itukah Akhlak Remaja Saat ini?

Suatu sore, sepulang kuliah, Nadia memilih duduk di samping pak supir angkot. Karena jadwal kuliah yang cukup padat hari itu, ia ingin merebahkan diri dengan santai di bangku samping pak sopir.

Tak perlu menunggu lama, pak sopir langsung mengendarai angkotnya. Di salah satu persimpangan, naiklah beberapa anak SMA. Sambil ketawa ketiwi mereka naik angkot yang sama dengan Nadia. Maksud hati ingin memejamkan mata sebentar, tiba-tiba dari arah belakang, Nadia mendengar obrolan mereka.

"Gadun gue kemaren ngasih hape baru dong!" celetuk salah satu anak SMA itu.
"waah.. kalah lu sama caca kelas sebelah! katanya dia bakal dikasih mobil bulan depan." celetuk yang lainnya.

Astaghfirullah, Nadia tak mampu berkata apa-apa. Nadia kaget bukan main, dengan apa yang sedang mereka obrolkan. Istilah yang mereka gunakan itu, pernah Nadia dengar dari teman-temannya yang dulu pernah memberi tahunya. Karena Nadia tidak berada di lingkungan yang baik, teman-temannya sering bercerita tentang istilah-istilah yang digunakan dalam pergaulan bebas. Istilah gadun adalah sebutan untuk om-om. sedangkan istilah caca adalah cabe-cabean. 

Nadia sungguh sedih mendengarnya. Anak SMA pembicaraannya kok kaya gitu. Bahkan Nadia saja tau istilah-istilah itu dari teman-temannya. 

Astaghfirullah
Astaghfirullah
Astaghfirullah

Bagaimana masa depan mereka Ya ALLAH... masa muda mereka sudah dihabiskan untuk mencari para om-om yang bersedia setidaknya membelikan barang-barang mewah yang ingin mereka miliki. 
Kemana orang tuanya?
Kemana guru-gurunya?
Kemana kakak-kakak mereka?

Allah Yaa Rabb... Lindungi adik, kakak, keponakan, sepupuku dari pergaulan-pergaulan bebas... jadikanlah mereka orang-orang yang taat pada-Mu, Jauhkan dari kenikmatan-kenikmatan dunia yang sesaat.. sibukkanlah mereka dengan mengingat-Mu, berbuat baik dan terus belajar.. aamiiin..

Nadia berdoa dalam hati, sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tiba-tiba Pak Sopir berkata. 
"Anak sekarang mah ampun ya neng, omongannya aja udah om-om"

ckck.. ternyata pak sopir pun tahu. 

#truestory #nyata #remaja 

Selasa, 10 Februari 2015

"Apalah arti memiliki,
ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan,
ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan,
dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Apalah arti cinta,
ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?
Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu
yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan?
Dan tak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu?
Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."

dikutip dari Sinopsis Novel Rindu - Tere Liye

Kamis, 05 Februari 2015

Tulisan: Episode Hening


Aku selalu senang menikmati episode hening dalam hidupku. Suka, sangat suka. Jika ditanya alasannya kenapa, sebenarnya, aku lebih suka menjawabnya dengan entah. Bukan karena tak tahu, tapi memang sulit untuk digambarkan. Tapi tak ada salahnya juga untuk mencoba kan?
Buatku, hening tak harus malam. Walaupun malam sudah ditunjuk Tuhan untuk memfasilitasi hening yang terbaik di sepertiganya. Hening juga tak melulu sepi. Walaupun sepi sudah mengakuisisi hening agar identik dengannya. Maka, jika tidak berjodoh dengan sepi karena waktu yang tak sepakat, atau karena kondisi yang tak memihak, hening itu masih bisa dicari. Jika tak berhasil menaklukan malam, karena lelah yang tak tertanggungkan, atau mata yang sudah tak bisa berkompromi, hening itu juga masih bisa ditemukan. Ini, karena hening tak selalu memihak malam, juga tak harus membersamai sepi. Karena itu, banyak yang setia menemani malam tapi belum beruntung mendapatkan hening. Banyak yang berteman dengan sepi, tapi tak kunjung dekat dengan hening.
Hening, adalah jeda. Jeda untuk mengenal diri sendiri, juga untuk mengenal-Nya lebih dekat. Karena siapa yang tak mengenal dirinya, akan sulit untuk mengenal Tuhan-nya. Hening juga bisa digunakan untuk mengenal kemanusiaan, beserta dinamika hidup dan kehidupan yang melekatinya. Jika punya sedikit jiwa nakal, sesekali boleh juga menggunakan hening untuk mengintip, mengintip kepribadian dan pengalaman orang lain. Tak lain, untuk belajar dari kelebihan dan kekurangan mereka. Karena bisa jadi, hening itu bisa mengusir iri, yang selalu menggoda jika kita melihat kelebihan orang lain. Atau minimal bisa membungkam sombong, yang selalu merayu jika kita berjumpa dengan persimpangan antara kelebihan diri sendiri dan kekurangan orang lain.
Hening, bisa juga digunakan untuk mengumpulkan oksigen, agar bisa bernafas dengan segar di sela lelah. Agar bisa bergerak lebih cepat di kala sibuk. Agar bisa menguapi penat yang bisa kapan saja menggoda. Jika sedang bernasib baik, hening bisa menghasilkan air mata yang menghapus titik-titik noda dalam hati agar tak berbiak layaknya virus, yang akan menggerogoti kebaikan sedikit demi sedikit, lantas menggantinya dengan penyakit hati yang mematikan. Tapi terkadang, hening juga tak menghasilkan apa-apa, selain ketenangan yang tak terdefinisi.
Hening, adalah jejak-jejak pencarian. Untuk mendalami lautan syukur yang baru sekedar terucap manis dari mulut. Juga untuk menjelajahi samudera sabar, yang masih sekedar menjadi penghibur lara yang begitu mudah ditaklukan kesah. Hening, adalah waktu untuk merangkai mimpi, membuat harapan yang menghidupkan, juga eksperimen ide untuk menggapainya. Jika gagal, gunakan saja hening untuk mengevaluasinya. Bisa jadi, hening adalah senyuman sekilas tentang kebodohan kita, yang disusul dengan bara semengat untuk memperbaikinya.
Hening, adalah romantisme antara kita dengan Tuhan. Romantisme untuk untuk bertanya dan menjawab rahasia-rahasia Tuhan tentang kenyataan yang menimpa kita. Monolog, tapi tetap mesra. Jika cinta kita kuat, Tuhan akan memberitahukan rahasiaNya. Bisa jadi melalui pikiran selintas, atau dengan isyarat berupa peristiwa yang terjadi di hadapan mata. Bisa jadi juga itu berupa kejutan dari Tuhan, dan kita tidak menyadarinya kalau itu kejutan cinta dari Tuhan. Bukankah cinta tak harus selalu diketahui. Karenanya, hening, adalah cinta rahasia antara kita dengan kerabat dan sahabat. Bisa jadi cinta itu berupa doa tulus yang selalu terucap, yang menjadi rahasia kita dengan Tuhan saja. Bisa juga cinta itu berbentuk celah waktu untuk memikirkan mereka, jika ada kesempatan, cinta itu bisa saja berwujud hadiah dan kejutan untuk mereka.
Itulah, kenapa aku menyukai episode hening. Mungkin kamu punya pandangan lain tentang hening. Dan itu mungkin lebih baik dari yang aku gambarkan. Seperti yang kujelaskan di atas, aku kesulitan untuk menggambarkannya. Tapi semoga bisa diambil hikmahnya. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya.
***
Disekanya air mata yang menetes perlahan dengan jilbabnya. Sore itu, kampus memang sudah sepi. Sehingga tidak seorangpun yang melihatnya menangis. Tapi hatinya masih gerimis, artikel tanpa judul yang baru saja dibacanya di mading mushola, telah membuatnya sadar. Bahwa, selama ini dirinya terjebak pada rutinitas. Kuliah yang silih berganti, agenda organisasi yang menumpuk, ibadah yang hanya mengikatnya pada sekedar targetan penggugur kewajiban. Sedangkan jiwanya begitu lelah, begitu kering.
“Aku harus segera menemukan dan menikmati episode heningku,”
lirihnya dalam hati.
Diorama, Nazrul Anwar

Renungan



Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR
Jika setiap do’a kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR
Seorang yang dekat dengan ALLAH , bukan berarti tidak ada air mata
Seorang yang TAAT pada ALLAH, bukan berarti tidak ada KEKURANGAN
Seorang yang TEKUN berdo’a, bukan berarti tidak ada masa masa SULIT
Biarlah ALLAH yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena ALLAH TAHU yang tepat untuk memberikan yang TERBAIK
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEIKHLASAN
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESABARAN
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN
Ketika kamu lelah dan merasa kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAH – HATIAN
Tetap semangat…
Jaga keikhlasan…
Tetap sabar…
Tetap tersenyum…
 Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN
ALLAH menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”…
Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan
MEREKA dibentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA…
Ya Allah, kuatkan kami yang lemah ini untuk Istiqomah di jalan-Mu hingga maut menjemput…
Aameen Ya Rabb…
Rasfiuddin ADK 50

Tulisan: Apakah kamu?


Aku bertanya-tanya dalam lubuk hatiku. Apakah kamu orang yang selama ini telah Tuhan tuliskan untuk ku?
Kamu yang begitu asing dalam hidupku, kamu yang datang penuh harap untuk menjemputku kerumahmu nantinya. Apakah kamu orangnya?
Kamu berjalan dengan segala beban di pundakmu, melangkah penuh kepastian untuk meyakinkan, berharap temukan jawaban. Apakah kamu orangnya?
Kamu adalah seseorang yang tak pernah menjanjikan bahwa aku akan selalu hidup bahagia denganmu, penuh suka dan duka. Namun kamu berkata dengan penuh komitmen bahwa kamu akan menjagaku, akan memastikan bahwa aku akan baik-baik saja ketika nantinya aku bersamamu. Apakah kamu orangnya?
Kamu berkata bahwa hidupmu tidaklah mudah, penuh dengan perjuangan dan kesulitan. Namun kamu berkata bahwa kamu akan memperjuangkan hidupmu dan hidupku, tak pedulikesulitan serta kepedihan apa nantinya yang akan dihadapi, kamu tetap akan mengusahakan segala hal yang terbaik dijalanNya untuk hidup kita dan anak-anak kita nantinya di masa depan. Apakah kamu orangnya?
Kamu berkata bahwa kamu bukan seorang bangsawan maupun seorang yang kaya raya, hanya seorang yang ingin menjemputku untuk melakukan perjalanan bersama-sama, menjadikanku sebuah tujuan untuk bersama pergi berlayar ke surgaNya. Apakah kamu orangnya?
Dan kamu tak peduli jawab apa yang aku berikan nantinya. Karena kamu yakin Tuhan tak pernah menyia-nyiakan usaha hambaNya. Kamu memastikan bahwa jika pada akhirnya bukanlah aku orangnya, Tuhan akan menunjukan jalan versi terbaikNya untukku dan untukmu.
 Lalu aku bertanya-tanya, wahai Tuhan apakah ia yang terbaik untuk ku menurutMu?
Bogor, 4 Febuari 2014
Fikratus Sofa Muzakkiya

repost from http://phyqchan.tumblr.com/