Selasa, 30 Desember 2014

Nasihat untukku




Jangan terlalu kagum dengan wanita berhijab, bisa jadi hatinya tidak lebih bersih dari wanita yg tidak berhijab. Bila kita selalu melibatkan dan menghadirkan Allah di setiap nafas kita. Mulut kita tdk berhenti berdzikir, Insya Allah kita akan pandai menilai manusia, teman yang tulus adalah yg tanpa kepentingan apapun.



Read more at http://websta.me/n/melly_goeslaw#6cfMfBVG71MlFEPW.99

Kamis, 18 Desember 2014


5 Desember 2014

Siang itu aku melihat status sahabatku, Nana. "Omongan kalian tuh nyakitin banget tau gak!" 
Sepertinya ujian kembali menghampirinya.. 
Aku langsung mengirimkan chat kepadanya. "Na... kenapa ?"
Mengalirlah kata-kata darinya, bak derasnya air hujan. 

"aku pengen nangiiiiss :'(
aku udah cape diolok-olok terus .. setiap hari yang dibahas masalah pasangan. mereka pikir aku ini ga laku-laku karena ga punya pasangan. padahal kan kamu tau sendiri kita kaya gini karena apa, karena pengen ngejaga diri. dan aku ga mungkin kan cerita ke mereka. Yang ada aku ga didengerin sama mereka, sok sucilah."
aku capeeee  :'("

Jleb! seketika aku terdiam.. mencerna setiap kata yang ia tumpahkan. Betapa Allah sangat sayang pada sahabatku Nana, ketika diluar sana, orang dengan mudahnya menjalin hubungan2 yang menurut mereka sah sah saja. Nana, tetap dengan pendirian dan prinsipnya untuk menjaga diri di tengah-tengah lingkungan yang sama sekali ga mendukung prinsipnya itu. 
Allah, betapa Engkau sangat mencintainya, ketika ia berhijrah untuk berhijab, ujianpun tidak berhenti Engkau berikan padanya. dan aku sangat yakin Engkau sangat mencintainya, sehingga memberikan cobaan itu untuk menguji keimanannya..

"Nana sayaang... sabar yah... aku yakin, kamu pasti bisa laluin ujian Allah ini. sebagaimana kamu melewati ujian-ujian yang Allah berikan sebelumnya..
aku hanya bisa mendoakanmu dari sini.. Kuat na.. Inget, Allah udah banyak kasih kamu kemudahan selama ini, sesulit apapun ujiannya.." 
"Iyaa... makasih yaaa... semoga aku kuat terus dan bisa lewatin semuanya.."

Kadang, aku suka berpikir, kayanya aku jarang dikasih masalah, berarti keimananku ga naik-naik ya atau aku yang mungkin ga bersyukur. astaghfirullah... 
ujian itu kan bukan hanya yang susah, tapi senang pun bisa jadi ujian. Astaghfirullah... 
jauhkanlah kami dari sifat orang-orang yang kufur nikmat...
aaamiiin...

Kamu pasti bisa laluin ini, Na.. jaga dirimu, hatimu, sampai seseorang menjemputmu dengan indah ^_^

Senin, 01 Desember 2014

Memastikan Rasa

Banyak orang yang memiliki perasaan kepada orang lain. Namun, malas memastikannya. Memiliki rasa lantas berbunga-bunga, tebar pesona kesana kemari demi menarik sang pujaan hati.Banyak orang yang malas memastikan perasaannya sendiri. Apakah sekedar perasaan sepintas karena paras yang yang menawan? Atau pada lakunya yang santun? Apakah sebuah kekaguman saja kepada seseorang? Apakah hanya sebuah rasa penasaran kepada orang tersebut?
Aku sudah memastikan perasaanku kepada seseorang selama lebih dari sekian tahun dan aku belum bisa mengenalinya dengan baik. Apakah ini benar-benar perasaan yang baik? Ataukah sekedar hasrat yang aku tanggapi secara berlebihan?

Aku tidak mengungkapkannya kepada siapapun, berhati-hati dalam berlaku. Aku tetap saja tidak bisa mengenalinya. Bukan, bukannya aku takut untuk mengatakan, bukannya aku takut untuk menunjukkan. Aku hanya takut kalau perasaan ini bukanlah sesuatu yang seharusnya dituruti. Seperti gejolak-gejolak yang tidak selayaknya diladeni. Aku takut ini hanya sebuah perasaan senang kepada tantangan, sebagai seorang laki-laki yang suka tantangan. Rasa penasaran kepada seseorang yang jika rasa penasaran itu hilang, lantas perasaan itu tidak menjadi bermakna sama sekali.

Aku memastikannya lebih dari sekian tahun. Dalam keberjalanannya pun aku tertarik dan memiliki perasaan kepada yang lain. Lalu aku mempertanyakan perasanku yang pertama tadi. Benarkah aku benar-benar memiliki perasaan kepadanya, mengapa aku tertarik dengan yang lain?

Aku terus mempertanyakannya, memastikan seluruh perasaan itu yang terkumpul menjadi satu. Menganalisanya satu persatu mana yang benar-benar rasa, mana yang sekedar kagum. Mana yang sekedar terpikat paras, mana yang sekedar main-main.

Aku mempertanyakannya hingga hari ini, hari ketika aku masih belum juga mengenalinya. Sampai pada titik dimana aku merasa ada satu hal yang berbeda dari rasa-rasa yang lain, yaitu aku selalu kembali kepadamu. Perasaan itu selalu kembali kepadamu.

Aku tahu ini bukan jawaban yang singkat, nyaris seumur sekolahku aku mencari jawabannya. Sekalipun aku sudah berusaha menghilangkannya. Kini aku berdamai pada diriku sendiri, aku tahu aku selama ini bergerak menujumu. Perasaan itu hanya perlu dipatri pada satu tempat agar tidak kemana-kemana lagi.

Memastikannya membutuhkan waktu yang berbeda setiap orang, bahkan ada yang bertahun-tahun. Delapan tahun? Sembilan tahun? Bahkan lebih. Memendamnya hanya untuk memastikan, benarkah?
Hingga pada jawaban terakhir ketika setiap pemilik rasa mau dan mampu berdamai dengan perasaannya. Ada yang menemukan jawabannya ternyata benar atau ternyata selama ini salah. Ada yang kemudian mundur dengan bahagia. Ada pula yang memastikannya hanya butuh bilangan bulan sejak merasa pertama kali.

Dan untuk memastikannya membutuhkan kesabaran dan ketekunan pendekatan kepada Tuhan.
Tak perlu disyiarkan kepada seluruh dunia agar tahu, tak perlu diwujudkan dalam laku yang norak untuk mencuri perhatian. Diamlah dan dengarkan nasihatku; pastikanlah, pastikanlah, pastikanlah.
Agar kamu tidak seperti pemuda yang tergesa-gesa mengungkapkan perasaanya, pemuda yang terpedaya oleh angan-angannya sendiri.

Ditulis di Bandung, 20 Agustus 2013 | (c)kurniawangunadi
Memastikan Rasa - dalam Hujan Matahari hlm.155